Lagi........ Tamu dari Mancanegara

Senin, 17 Januari 2011. Untuk kedua kalinya SMPIT Logaritma Karanganyar atau Pondok Pesantren Daruth Thoyibah kedatangan tamu dari mancanegara. Jika pada 30 Desember 2010 yang lalu kita kedatangan tamu dari Korea Selatan. Pada hari itu kita kedatangan tamu dari Belanda, lebih tepatnya dari kota Amsterdam. 

Tentang Tamu Kita........



Adalah Cheyene Vitalis, biasa dipanggil "Che". Che adalah seorang keturunan Indonesia-Belanda. Darah Belanda mengalir dari ayahnya yang seorang keturunan Belanda-Indonesia. Cheyene Vitalis atau biasa dipanggil Che merupakan gadis yang mandiri. Dia membiayai biaya kuliahnya dengan uang hasil kerjanya. Siang hari digunakan untuk kuliah, sedangkan malam hari untuk bekerja. Che baru berusia 19 tahun, masih sangat muda. Che datang ke Indonesia adalah untuk bertemu tante dan omnya. Mrs. Sri Kurniasih, A.Md atau Mrs. Cici dan Mr. Muhammad Faizal. Mrs. Cici Faizal, tidak lain adalah guru mata pelajaran Bahasa Inggris di Sekolah kami. Selain itu Che datang ke Indonesia adalah untuk berlibur dan menikmati indahnya alam Indonesia. 

Cinta Indonesia
 Che senang berada di Indonesia. Karena dia bisa melihat gunung, sawah, dan pepohonan yang rindang. Tidak seperti di Belanda  hanya ada bangunan-bagunan bertingkat. Che juga suka semua masakan Indonesia, dia bahkan suka makan "pisang goreng". Che juga sangat senang bisa berkunjung ke Sekolah kami "SMPIT Logaritma Karanganyar. "Saya sangat senang berada disini, kalian sangat ramah dan pintar, namun harus lebih PD ya..." begitu katanya dalam bahasa Inggris. Selama berkunjung ke sekolah kami, Che juga menyempatkan untuk mengajari anak-anak SMPIT Logaritma pelajaran Bahasa Inggris. Dia bahkan menggantikan Mrs. Cici untuk mengajar. Siswa-siswi SMPIT Logaritma Karanganyar sangat senang  sekali, karena diajar langsung oleh seorang "Belanda". Walaupun hanya 90 menit, tapi sangat berkesan.

Pendidikan di Belanda
Che juga berbicara tentang pendidikan di Belanda, tentunya dengan Bahasa Inggris, karena Che tidak bisa berbahasa Indonesia. Dari keterangan Che,  pendidikan di Belanda dibagi menjadi 4 tahap:
a. Tahap pertama umur 2-4 tahun atau setara dengan usia TK (Taman Kanak-Kanak) di Indonesia
b. Tahap kedua umur 4-12 tahun atau setara dengan usia SD (Sekolah Dasar) di Indonesia
c. Tahap ketiga umur 12-16 tahun atau setara dengan usia SMP-SMA di Indonesia
d. Tahap terakhir dari 16 tahun keatas Universitas
Sebagian besar penduduk disana dapat menempuh pendidikan hingga ke Perguruan Tinggi. Karena 50 % biaya pendidikan ditanggung oleh pemerintah, sedangkan 50% lagi ditanggung orang tua. Biaya 50% tersebut diberikan dari tahap pertama hingga terakhir. Jadi tidak heran, jika mayoritas penduduk disana dapat bersekolah hingga ke Perguruan Tinggi.

Di akhir pertemuan kami, Chenyene tak lupa mengucapkan "terima kasih". Dengan logat yang kaku dan sedikit terbata-bata. Hanya kata itu yang diucapkan Che dalam Bahasa Indonesia. Tetapi...., cukup berkesan.

Kedatangan Cheyene Vitalis ke sekolah kami, membuat kami semakin semangat untuk membangun sekolah kami menjadi yang lebih baik, setelah kedatangan Choi In A dari Korea, kali ini Cheyene Vitalis dari Belanda, Dengan keterbatasan yang kami miliki, tentunya kami sangat senang dikunjungi dan bahkan diajar langsung oleh seorang "Belanda". Pengalaman yang tidak bisa kami lupakan.

1 komentar:



Cah Gombong Kebumen mengatakan...

Terima kasih Che, sudang berkunjung ke sekolah kami.....

Posting Komentar