Makalah Home Schooling



BAB I
PENDAHULUAN


A.           Latar Belakang
         Pendidikan alternatif dengan model sekolah rumah (homeschooling) tidak hanya menumbuhkan keinginan belajar secara fleksibel pada anak, namun juga mampu menumbuhkan karakter moral pada anak. Pasalnya, dengan menyerahkan proses belajar sebagai hak anak untuk mendapatkan pendidikan, akan mendorong anak untuk belajar berdisiplin dan bertanggung jawab, terhadap segala kegiatan belajar yang telah dilakukannya (Mulyadi,2008).
          Sistem ini terlebih dahulu berkembang di Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya di dunia. Belakang ini banyak orangtua yang tidak puas dengan hasil sekolah formal sehingga menjadikan homeschooling sebagai alternatif proses belajar mengajar dalam perkembangan dunia pendidikan di Indonesia. Kerapkali sekolah formal berorientasi pada nilai rapor (kepentingan sekolah), bukannya mengedepankan keterampilan hidup dan bersosial (nilai-nilai iman dan moral). Selain itu, perhatian secara personal pada anak, kurang diperhatikan.

B.        Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah singkat homeschooling ?
2.      Bagaimana perkembangan homeschooling di Indonesia ?
3.      Bagaimana kurikulum homeschooling ?
4.      Bagaimana proses pembelajaran homeschooling ?
5.      Mengapa homeschooling menjadi solusi pendidikan alternatif untuk anak ?
6.      Apa kelebihan dan kelemahan homeschooling ?

C.        Tujuan Penulisan
1.    Mengetahui sejarah singkat homeschooling.
2.    Mengetahui perkembangan homeschooling di Indonesia.
3.    Mengetahui kurikulum homeschooling.
4.    Mengetahui proses pembelajaran homeschooling.
5.    Mengetahui mengapa homeschooling menjadi solusi pendidikan alternatif untuk anak.
6.    Mengetahui kelebihan dan kelemahan homeschooling.


BAB II
PEMBAHASAN


A.        Sejarah Homeschooling

Dalam bukunya How Children Fail, John Cadlwell Holt (1964) menyatakan “manusia pada dasarnya makhluk belajar dan senang belajar. Kita tidak perlu ditunjukkan bagaimana cara belajar. Yang membunuh kesenangan belajar adalah orang-orang yang berusaha menyelak, mengatur, atau mengontrolnya”. Dipicu oleh filosofi tersebut, pada tahun 1960-an terjadilah perbincangan dan perdebatan luas mengenai pendidikan sekolah dan sistem sekolah. Sebagai guru dan pengamat anak dan pendidikan, Holt mengatakan bahwa kegagalan akademis pada siswa tidak ditentukan oleh kurangnya usaha pada sistem sekolah, tetapi disebabkan oleh sistem sekolah itu sendiri.
Pada waktu yang hampir bersamaan, akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an, Ray dan Dorothy Moor melakukan penelitian mengenai kecenderungan orang tua menyekolahkan anak lebih awal (early childhood education). Penelitian mereka menunjukkan bahwa memasukkan anak-anak pada sekolah formal sebelum usia 8-12 tahun bukan hanya tidak efektif, tetapi berakibat buruk bagi anak-anak, khususnya anak-anak laki-laki karena keterlambatan kedewasaan mereka. Setelah pemikirannya tentang kegagalan sistem sekolah mendapat tanggapan luas, Holt sendiri kemudian menerbitkan karyanya yang lain Instead of Education; Ways to Help People Do Things Better, (1976). Buku ini pun mendapat sambutan hangat dari para orangtua homeschooling di berbagai penjuru Amerika Serikat. Pada tahun 1977, Holt menerbitkan majalah untuk pendidikan di rumah yang diberi nama Growing Without Schooling. Serupa dengan Holt, Ray dan Dorothy Moore kemudian menjadi pendukung dan konsultan penting homeschooling. Setelah itu, homeschooling terus berkembang dengan berbagai alasan. Selain karena alasan keyakinan (beliefs), pertumbuhan homeschooling juga banyak dipicu oleh ketidakpuasan atas sistem pendidikan di sekolah formal.

B.        Perkembangan Homeschooling di Indonesia
Perkembangan homeschooling di Indonesia belum diketahui secara persis karena belum ada penelitian khusus tetang akar perkembangannya. Istilah homeschooling merupakan khazanah relatif baru di Indonesia. Namun menurut Seto Mulyadi ( 2006) jika dilihat dari konsep homeschooling sebagai pembelajaran yang tidak berlangsung di sekolah formal alias otodidak, maka sekolah rumah sudah tidak merupakan hal baru. Banyak tokoh-tokoh sejarah Indonesia yang sudah mempraktekkan homeschooling seperti KH. Agus Salim, Ki Hajar Dewantara, dan Buya Hamka.
Di Indonesia baru beberapa lembaga yang menyelenggarakan homeschoooling, seperti Kamyabi Home School, Home Schooling Kak Seto, Home Schooling Primagama dan lembaga pemerintah berupa Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM).
Kamyabi Home School merupakan lembaga penyelenggara homeschooling islami yang menyelenggarakan kurikulum agama islam (tahfidz, hadist, fiqih,dll) dan mata pelajaran umum. Dengan modul digital Kamyabi Homeschool siswa dapat belajar mandiri di rumah, atau orang tua bisa memanggil guru atau ustadz untuk mengajar anaknya di rumah.
Evaluasi atau ujian  dilakukan secara on line. Sehingga dimana saja kita berada kita bisa tetap melaksanakan ujian. Ujian on line mengajarkan kejujuran kepada siswa dan orang tua. Ujian dilakukan 2 kali dalam satu semester, Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester. Setiap bulan dikirim via email soal dan tugas belajar, sehingga siswa dapat terus berlatih dan terpantau perkembangannya.
Homeschooling Kak Seto adalah sekolah alternatif yang menempatkan anak-anak sebagai subjek dengan pendekatan secara “at home” atau di rumah. Dengan pendekatan “at home” inilah anak-anak merasa nyaman belajar karena mereka dapat belajar apapun sesuai dengan keinginannya, kapan saja dan dimana saja seperti Ia tengah berada di rumahnya.
 Homeschooling Primagama menekankan pada pemberdayaan potensi otak kiri dan otak kanan siswa dan juga mengembangkan konsep belajar bagaimana cara belajar (learn how to learn) yang baik, sehingga terciptalah output anak didik yang memiliki bekal ilmu pengetahuan yang baik (knowledge), kecakapan hidup yang baik (lifeskill), dan juga sikap hidup yang baik (attitude).
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan program pemerintah yang menyelenggarakan pendidikan jalur informal. Badan penyelenggara PKBM sudah ada ratusan di Indonesia. PKBM sebenarnya menyelenggarakan proses pendidikan selama 3 hari di sekolah, selebihnya, tutor mendatangi rumah murid.
Saat ini perkembangan homeschooling di Indonesia dipengaruhi oleh akses terhadap informasi yang semakin terbuka sehingga orang tua semakin memiliki banyak pilihan untuk pendidikan anak-anaknya. Diperkuat dengan aspek legalitas  Istilah homeschooling ini sudah cukup populer belakangan ini. Sayangnya, upaya pemasyarakatan homeschooling tidak cukup diikuti dengan informasi yang berkenaan dengan persyaratan yang seharusnya dimiliki dalam menerapkannya. Akibatnya, praktek homeschooling di negara kita menjadi berbeda, alias salah kaprah. Pemasyarakatan homeschooling tidak dengan dasar pikiran yang tepat dan kuat. Masyarakat – seperti biasanya – sangat cepat memberikan respon positif; bila yang berbicara adalah orang-orang yang dianggap ahli. Sebagain kalangan mengatakan bahwa homeschooling di Indonesia tak ubahnya semacam private school yang eksklusif. Orang tua yang memiliki anak-anak yang bermasalah dengan lingkungan sosialnya malah dipindahkan ke sekolah jenis ini. Adapula lembaga-lembaga pendidikan yang membuka peluang ini bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Orangtua yang masih berpandangan tradisional umumnya masih menganggap ijazah adalah segala-galanya bagi masa depan anak-anaknya. Anak-anak spesial yang –tentu saja – tidak memungkinkan bersekolah di sekolah umum diarahkan untuk mengikuti homeschooling hanya agar dapat menyelesaikan pendidikannya dan…: mendapatkan ijazah!

C.        Kurikulum Pembelajaran Homeschooling
          Banyak model homeschooling. Salah satunya adalah homeschooling (HS)/home education (HE) yang mengacu pada model sekolah. Model homeschooling semacam ini disebut school at home, sekolah di rumah. Dalam model school-at-home, proses belajar yang dilakukan dalam homeschooling mengacu pada kurikulum sekolah. Kurikulum apa yang harus diacu oleh keluarga homeschooling? .
Pilihannya terserah pada setiap keluarga. Keluarga dapat memilih homeschooling yang mengacu pada kurikulum nasional atau kurikulum lain, semisal kurikulum Cambridge IGCSE yang digunakan oleh sekolah-sekolah internasional di Indonesia. Jika hendak mengacu pada kurikulum tertentu, keluarga HS/HE dapat menentukan pilihan kurikulum mana yang diacu. Jika kurikulum nasional yang diacu, maka hanya ada satu jenis kurikulum yang dibuat oleh Depdiknas, yaitu kurikulum yang digunakan di sekolah-sekolah. Kurikulum inilah yang perlu diacu oleh keluarga HS/HE.
Kurikulum sekolah ini dapat diperoleh di situs Pusat Kurikulum Depdiknas (Puskur). Ada juga materi kurikulum itu yang dijual di toko buku. Cara paling gampang dan praktis untuk mengetahui kurikulum nasional adalah dengan melihat buku-buku pelajaran yang digunakan anak sekolah.
Walaupun menggunakan kurikulum nasional seperti sekolah, kreativitas bagi keluarga homeschooling tetap terbuka. Banyak aspek di dalam proses belajar dalam homeschooling yang tetap dapat dimodifikasi sesuai gaya belajar anak agar memperoleh hasil yang maksimal.
Keluarga homeschooling dapat menentukan sendiri buku referensi apa yang paling disukai, waktu belajar, dan juga cara mempelajari suatu mata pelajaran. Di luar mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Persamaan, anak-anak homeschooling tetap dapat mempelajari berbagai hal yang menjadi minat dan perhatiannya.

D.        Proses Pembelajaran Homeschooling
“Homeschooling merupakan pendidikan berbasis rumah, yang memungkinkan anak berkembang sesuai dengan potensi diri mereka masing-masing” (Daryono, 2008).
Secara etimologis, homeschooling adalah sekolah yang diadakan di rumah. Meski disebut homeschoooling, tidak berarti anak terus menerus belajar di rumah, tetapi anak-anak bisa belajar di mana saja dan kapan saja asal situasi dan kondisinya benar-benar nyaman dan menyenangkan seperti layaknya berada dirumah.
Homeschooling lebih mengacu pada kompetensi praktis hubungan antara ketertarikan dan hobbi individu. Serta fleksibilitas metode belajar mengajar tidak terbelenggu oleh dimensi ruang dan waktu secara formal dan dapat menjamin tingkat kompetensi terealisir dengan baik. Dalam homeschooling guru hanya sebagai pembimbing dan mengarahkan minat siswa pada mata pelajaran yang diminati. Dalam hal ini siswalah yang menjadi subjek kurikulum bukan menjadi objek. Jam belajar lebih lentur karena mulai dari bangun tidur sampai berangkat tidur kembali.
Pemerintah sementara ini hanya mendukung sebatas legalitas formal melalui UU SisDikNas yang menggolongkannya sebagai bagian dari pendidikan informal (keluarga). Homeschooling termasuk model pendidikan yang digunakan sebagai alternatif institusi sekolah yang menempatkan anak sebagai subjek dengan pendekatan pendidikan di rumah dan berada di bawah naungan Direktorat Pendidikan Kesetaraan, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Depdiknas RI. Bagi peserta didik homeschooling bisa memiliki sertifikat ijazah dengan mengikuti Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK) paket A (kesetaraan SD), paket B (SMP) dan paket C (SMA) sesuai dengan tingkat kemampuan pendidikannya.


Ada beberapa klasifikasi format homeschooling, yaitu:
   Homeschooling tunggal
Homeschooling tunggal dilaksanakan oleh orangtua dalam satu keluarga tanpa bergabung dengan keluarga lainnya karena hal tertentu atau lokasi yang berjauhan.
   Homeschooling majemuk
          Homeschooling majemuk dilaksanakan oleh dua atau lebih keluarga untuk kegiatan tertentu sementara kegiatan pokok tetap dilaksanakan oleh orangtua masing-masing. Alasannya: terdapat kebutuhan-kebutuhan yang dapat dikompromikan oleh beberapa keluarga untuk melakukan kegiatan bersama. Contohnya kurikulum dari Konsorsium, kegiatan olahraga (misalnya keluarga atlit tennis), keahlian musik/seni, kegiatan sosial dan kegiatan agama.
   Komunitas homeschooling 
Komunitas homeschooling merupakan gabungan beberapa homeschooling majemuk yang menyusun dan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok (olah raga, musik/seni dan bahasa), sarana/prasarana dan jadwal pembelajaran. Komitmen penyelenggaraan pembelajaran antara orang tua dan komunitasnya kurang lebih 50:50.

Sedangkan metode homeschool adalah sebagai berikut:
1. Metode Homeschooling Charlotte Mason
Dalam metode Charlotte Mason, anak membaca buku kemudian menceritakannya kembali dengan bahasanya sendiri. Hal ini memastikan bahwa mereka mengerti apa yag dibacanya.
2. Metode Homeschool Klasik
Metode ini terdiri atas konsep grammar, logic dan rhetoric atau dapat juga diartikan pengetahuan, pengertian dan kebijakan. Tahapan grammar (sampai usia 12) adalah saat anak menerima dan mengumpulkan informasi dan pengetahuan. Anak belajar menerima fakta walaupun belum memahaminya namun sejalan dengan bertambahnya usia, mereka mulai mencerna fakta tersebut. Tahapan logic (usia 13 – 15) adalah saat pemahaman anak mulai matang. Mereka mulai mengerti sebab akibat dan pengetahuan tentang logika.
Tahapan rhetoric (usia 16 – 18) adalah saat anak bisa menggunakan pengetahuan dan logika untuk berkomunikasi, menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari dan berdiskusi serta berdebat tentang Komunitas homeschooling kebijakan.
Setiap mata pelajaran mempunyai 3 tahapan tersebut. Peserta didik menerima fakta, belajar mengerti, dan diuji dalam pemahaman mereka.
3. Eclectic
Metode ini melakukan hal-hal yang disukai dari berbagai kurikulum yang ada dengan menggunakan sumber-sumber informasi dari internet, perpustakaan atau menciptakan kurikulum sendiri.
4. Metode Homeschooling Montessori
Maria Montessori menyatakan bahwa anak mempunyai kemampuan untuk belajar. Orang dewasa hanya perlu mengatur lingkungan anak agak mendukung proses anak belajar. Orang dewasa tidak perlu mengatur anak, tetapi cukup dengan membantu anak belajar dari lingkungannya dalam situasi natural maupun kelompok yang tidak dibatasi oleh umur.
5. Unschooling
Anak belajar materi yang mereka sukai. Unschooling sangat tidak terstruktur tapi sering cocok untuk sebagian anak, terutama anak kecil.
6. Unit studies
Semua mata pelajaran terpadu menjadi satu tema. Sebagai contoh dari sebuah buku anak dapat belajar sejarah, seni, ilmu pengetahuan alam, matematika, semua melalui buku tersebut.
7. Metode homeschooling Waldorf
Konsep pengajaran Waldorf bertumpu pada anak secara keseluruhan (the whole child) yang meliputi kepala, hati dan tangan. Metode ini menekankan dongeng (storytelling) and seni (art). Metode ini tidak berusaha untuk menanamkan materi intelektual kepada anak, tetapi membangkitkan kemampuan anak untuk mencari pengetahuan dan menikmati proses belajar.

E.        Homeschooling Sebagai Pendidikan Alternatif Untuk Anak
Kenyataan bahwa pendidikan formal tidak bisa memberikan apa yang diharapkan oleh orang tua menjadikan homeschooling sebagai solusi pendidikan alternatif bagi orang tua yang menginginkan anaknya mendapatkan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan. Banyak beberapa pertimbangan bagi orang tua yang masih ragu untuk memilih homeschooling sebagai pendidikan anaknya, antara lain:
o      Sistem belajar dilakukan dan diawasi sendiri oleh orang tua 
Orang tua yang cenderung khawatir terhadap pengaruh negatif pergaulan anak dan tidak puas dengan kinerja sekolah formal dapat memilih homeschooling sebagai solusi . Hal ini dikarenakan homeschooling merupakan pendidikan yang pada pelaksanaannya dilakukan sendiri oleh orang tua. Sehingga orang tua dapat memantau secara langsung perkembangan anak. Akan tetapi dengan catatan bahwa segala sesuatu yang terkait dengan pelaksanaan homeschooling menjadi tanggung jawab penuh orang tua.
o      Kegiatan belajar flexibel
Nama sekolah rumah atau homeschooling bukan berarti kegiatan belajar sepenuhnya dilaksanakan dirumah. Kegiatan belajar dapat diatur atau dikondisikan sesuai dengan kebutuhan anak dan orang tua. Kegiatan belajar dapat dilakukan di maanpun dan kapanpun orang tua atau peserta didik mau. Misalnya pada saat orang tua akan pergi ke kantor pos untuk mengirim surat, pada saat itu pula orang tua dapat mengajarkan berbagai hal kepada anak seperti tata cara menulis surat yang baik, bahasa yang baik untuk menulis surat, langkah-langkah untuk mengirimkan surat, dan masih banyak yang lainnya.
o      Perkembangan psikologis anak
Banyak orang tua mengkhawatirkan dampak psikologis home schooling seperti kurangnya sosialisasi anak dengan temannya. Padahal sebenarnya orang tua tidak perlu mengkhawatirkan hal tersebut, karena seperti yang telah dikemukakan pada bagian atas bahwa home schooling memiliki 3 jenis. Dan 2 dari 3 jenis home schooling tersebut merupakan jenis homeschooling yang pelaksanaannya dilakukan bersama-sama dengan keluarga lain. sehingga dampak buruk psikologis dapat ditanggulangi dengan kedua jenis home schooling tersebut. Orang tua yang memiliki anak yang sama-sama mengikuti home schooling dapat bekerja sama untuk sesekali mengumpulkan anaknya dalam kegiatan belajar bersama di suatu tempat yang sesuai dengan materi apa yang akan diajarkan.
o      Tersedianya sarana yang lengkap di lingkungan 
Tersedianya sarana memang penting untuk diperhatikan mengingat tanpa adanya sarana yang lengkap maka jalanya proses kegiatan belajar akan terhambat. Dan yang menggembirakan perkembangan homeschooling pada saat ini juga diikuti dengan perkembangan fasilitas di dunia nyata. Fasilitas tersebut antara lain fasilitas pendidikan (perpustakaan, museum, lembaga penelitian), fasilitas umum (taman, stasiun, jalan raya), fasilitas sosial (taman, panti asuhan, rumah sakit), fasilitas bisnis (mall, pameran, restoran, pabrik, sawah, perkebunan), dan fasilitas teknologi dan informasi (internet dan audivisual).
o      Pengakuan pemerintah terhadap Homeschooling
Homeschooling bukanlah pendidikan yang berdiri sendiri tanpa di akui oleh pemerintah. Homeschooling merupakan pendidikan yang mendapatkan pengakuan dari pemerintah hal ini dibuktikan dengan peserta homeschooling bisa mendapatkan ijazah oleh diknas. Ijazah tersebut bias didapat dengan mengikuti ujian kesetaraan. Selain itu pihak yang melaksanakan homeschooling harus proaktif dengan melapor pada dinas setempat agar dicatat.
Melihat beberapa pertimbangan di atas maka sepantasnya layak jika homeschooling dijadikan solusi pendidikan alternative untuk anak. Akan tetapi semuanya kembali pada pemikiran masing-masing orang tua, apakah percaya bahwa dengan homeschooling anak dapat menjadi pribadi yang lebih baik ketimbang bila di sekolahkan di sekolah formal.

F. Kelebihan dan Kelemahan Homeschooling
Ø Kelebihan Homeschooling
Huzaifah Hamid (2008) mengemukakan beberapa keunggulan homeschooling sebagai pendidikan alternatif sebagai berikut. Sistem ini menyediakan pendidikan moral atau keagamaan, lingkungan sosial dan suasana belajar yang lebih baik, menyediakan waktu belajar yang lebih fleksibel. Juga memberikan kehangatan dan proteksi dalam pembelajaran terutama bagi anak yang sakit atau cacat, menghindari penyakit sosial yang dianggap orang tua dapat terjadi di sekolah seperti tawuran, kenakalan remaja, narkoba dan pelecehan. Selain itu sistem ini juga memberikan keterampilan khusus yang menuntut pembelajaran dalam waktu yang lama seperti pertanian, seni, olahraga, dan sejenisnya, memberikan pembelajaran langsung yang kontekstual, tematik, dan nonskolastik yang tidak tersekat-sekat oleh batasan ilmu.
Ø Kelemahan Homeschooling
Di sisi lain, homeschooling mempunyai kelemahan-kelemahan yang dapat disebutkan berikut ini membutuhkan komitmen dan tanggung jawab tinggi dari orang tua; dinamika bersosialisasi dengan teman sebaya relatif rendah; ada resiko kurangnya kemampuan bekerja dalam tim (team work), organisasi dan kepemimpinan; proteksi berlebihan dari orang tua. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya interaksi dengan teman sebaya dari berbagai status sosial yang dapat memberikan pengalaman berharga untuk belajar hidup di masyarakat.
Faktor tingginya biaya homeschooling juga menjadi salah satu kekurangan, karena dipastikan biaya yang dikeluarkan untuk memberikan pendidikan homeschooling lebih besar dibanding jika kita mengikuti pendidikan formal di sekolah umum.



BAB III
PENUTUP


A.        Kesimpulan
Homeschooling muncul atas filososi John Cadlwell Holt dalam bukunya How Children Fail (1964) karena alasan ketidakpuasan atas sistem pendidikan di sekolah formal yang kemudian didukung Ray dan Dorothy Moor dengan melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa memasukkan anak-anak pada sekolah formal sebelum usia 8-12 tahun tidak efektif.
Belum ada penelitian khusus tentang akar perkembangan homeschooling di Indonesia. Saat ini perkembangannya dipengaruhi oleh akses terhadap informasi yang semakin terbuka sehingga orang tua semakin memiliki banyak pilihan untuk pendidikan anak-anaknya.
Proses pembelajaran homeschooling menggunakan metode belajar mengajar tidak terbelenggu oleh dimensi ruang dan waktu secara formal. Guru hanya sebagai pembimbing dan mengarahkan minat siswa pada mata pelajaran yang diminati. Dalam hal ini siswalah yang menjadi subjek kurikulum bukan menjadi objek.
Kelebihan homeschooling adalah menyediakan pendidikan moral atau keagamaan, lingkungan sosial dan suasana belajar yang lebih baik serta menyediakan waktu belajar yang lebih fleksibel. Juga memberikan kehangatan dan proteksi dalam pembelajaran terutama bagi anak yang sakit atau cacat, menghindari penyakit sosial yang dianggap orang tua dapat terjadi di sekolah seperti tawuran, kenakalan remaja, narkoba dan pelecehan. Selain itu sistem ini memberikan keterampilan khusus yang menuntut pembelajaran dalam waktu yang lama.
Kelemahan homeschooling antara lain membtuhkan komitmen dan tanggung jawab tinggi dari orang tua; dinamika bersosialisasi dengan teman sebaya relatif rendah; ada resiko kurangnya kemampuan bekerja dalam tim (team work), organisasi dan kepemimpinan dan proteksi berlebihan dari orang tua.

B.        Saran
Pembelajaran sekolah rumah sebaiknya menyesuaikan dengan standar kompetensi yang telah ditentukan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Ini agar sejalan dengan pertumbuhan dan kemampuan anak dan dapat diikutkan dalam evaluasi dan ujian yang diselenggarakan secara nasional. Perlu adanya dukungan yang lebih luas dari pemerintah yang sementara ini hanya mendukung sebatas legalitas formal melalui UU SisDikNas yang menggolongkannya sebagai bagian dari pendidikan informal (keluarga).
DAFTAR PUSTAKA

Setiawan, Difa. 2013. Makalah Home Shooling. http://difasetiawan.blogspot.com/2013/05/makalah-homeschooling.html. Diakses pada Senin, 30 Maret 2015 pukul 20.11.

http://www.kamyabihomeschool.com/program.html. Diakses pada Senin, 30 Maret 2015. Pukul 22.20


http://www.homeschooling-primagama.com/main.php?hal=tentang&id=11#lihat. Diakses pada Senin, 30 Maret 2015. Pukul 22.38

Nasution, Sri Mulyani. 2012.  Home Schooling dan Pendidikan Islam.  https://srimulyaninasution.wordpress.com/islamic-education/homeschooling-dan-pendidikan-islam-2/. Diakses pada Senin, 30 Maret 2015. Pukul 23.03.






0 komentar:



Posting Komentar