Dilema Ikhtilat

Ikhtilat, ya sebuah istilah yang berarti bercampur baurnya laki-laki dan perempuan yang bukan mahram baik dalam pertemuan resmi ataupun sekedar ngobrol bareng.
Kita tahu, islam begitu sempurnanya mengatur segala hal hingga hal pergaulan sekalipun. Islam mengajarkan pada kita bagaimana bergaul dengan lawan jenis kita. Kita dianjurkan bahkan diperintahkan Allah untuk menghindari ikhtilat, kalaupun ada keperluan yang memang penting dan mendesak kita diwajibkan memasang hijab(penghalang) agar kedua pandangan tidak bisa bertemu.
Sebagaimana firman Allah SWT :
“Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka”. (QS.Al-Ahzab:53)

Masya Allah, betapa indahnya aturan Allah itu. Saya percaya aturan itu semata-mata bukan untuk membatasi dan mengekang kebebasan kita, melainkan untuk menjaga kita. Allah lebih faham diri kita, kelemahan kita. Ya, karena bagi saya pribadi adanya hijab itu membuat diri saya lebih nyaman ketika harus ada keperluan dengan lawan jenis.
Mengapa nyaman? Karena rasanya hati bisa lebih terjaga dari hasutan-hasutan syetan yang akan senantiasa merongrong kita. Karena tidak dapat dipungkiri ketika akhwat dan ikhwan harus menjalin komunikasi, di sana ada ujian dan godaan yang cukup sulit terutama bagi orang-orang seperti saya yang baru tahu dan dulunya bergaul dengan lawan jenis seperti layaknya bergaul dengan akhwat atau mahramnya, tak ada batasan, apalagi hijab.
Ketika ikhwan dan akhwat dipertemukan dalam satu tempat tanpa adanya hijab, pasti ada saja hal yang memancing keduanya untuk sekedar menengok atau melirik tanpa sengaja. Pasti ada saja hal yang mempertemukan keduanya pada satu tatapan. Ya, itulah perangkap syetan. Ia akan terus merayu,menggoda sebagaimana yang ia lakukan terhadap Nabi Adam as dan Siti Hawa.
Dan yang lebih menakutkan lagi ialah, ketika seorang akhwat keluar rumah maka syetan akan menghiasinya hingga nampak indah dalam pandangan lawan jenisnya. Lalu, apakah kita (akhwat) mau jikalau kita dapat menjadi penggugur imannya seorang ikhwan? Menjadi sumber penyakit hati seseorang? Tentunya tidak, bukan? Kita tak menginginkan hal itu terjadi. Maka jalan satu-satunya yang harus dilaksanakan ialah menghindari ikhtilat,pasang hijab!
Namun, bagi saya pribadi hal itu masih dirasa sulit. Larangan ikhtilat masih menjadi dilema tersendiri bagi saya. Oke jika keseharian saya hanya bergaul dan berada di tempat yang memang kondusif, seperti halnya di lingkungan DKM, organisasi dakwah, dan sejenisnya yang memungkinkan. Tapi, ketika di masyarakat yang belum semua paham,di kampus, di kelas, apa yang harus saya lakukan? Sedang di sana terdapat lawan jenis dan tak adanya hijab? Begitupun dalam angkutan umum, bagaimana caranya supaya saya bisa menghindari ikhtilat, sedang di Indonesia sendiri masih minimnya angkutan umum yang khusus akhwat?
Cukup sulit memang, namun semuanya masih bisa kita usahakan. Saya percaya dan yakin, Allah jauh lebih memahami kondisi kita, namun bukan berarti kita hanya berdiam diri pasrah tanpa ada upaya bukan?
Beberapa upaya yang mungkin dapat kita lakukan ialah yang pertama kita harus senantiasa menjaga pandangan ketika berada dimanapun, terutama di lingkungan yang bisa mempertemukan kita dengan lawan jenis.
Selain itu, upaya kedua dengan cara selektif dalam memilih kegiatan. Jika kegiatan yang dirasa tidak terlalu penting apalagi yang banyak mudharatnya serta di dalamnya tidak ada pemisahan ikhwan dan akhwat maka alangkah lebih baik dihindari.
Ketiga, jika memang harus bepergian minta tolong mahram untuk mengantarkan atau memilih membawa kendaraan sendiri. Kalau tidak memungkinkan, pilih tempat duduk diantara akhwat, jaga pandangan dan berdo’a pada Allah semoga dimampukan memberi kendaraan sendiri. (Aamiin) ^_^
Akhowatfillah, meskipun kini ikhtilat masih menjadi dilema bagi kita karena hal itu sulit dihindarkan, tak ada salahnya kita terus berusaha menghindarinya dan jangan lelah untuk berdo’a agar kita bisa benar-benar terhindar dan dijauhkan dari ikhtilat agar pandangan kita lebih terjaga begitupun dengan hati kita.