Trendsetter Syar'i? OK Juga!

    Menutup aurat adalah perintah dari Allah kepada hamba-hamba-Nya. Bagaimana berjilbab yang benar?. Sekarang, berjilbab sudah menjadi hal yang lumrah dan wajar. Sudah menjadi trend di tahun-tahun ini. Tidak sulit kita menemukan muslimah yang berjilbab, di sekolah, di kampus, di kantor, di swalayan, di pasar, bahkan di sawah sekalipun. Semakin nyaman kita kenakan ketika lembaga-lembaga sekolah dan juga tempat kerja sudah menjadikan jilbab sebagai hal yang tidak membahayakan. Sebelas tahun yang lalu ketika pertama kali memakai jilbab pada 2004, ketika itu saya kelas 7 SMP. Masih begitu jarang yang mengenakan jilbab. Teman satu kelas ketika itu hanya 3 orang yang berlilbab. Berbeda dengan tahun-tahun sekarang. Mayoritas muslimah memakai jilbab.
    Bagaimana sih memakai jilbab yang dibenarkan dalam Islam? Imam Ahli Hadits abad ini, Syaikh Muhammad Nashiruddin ibn Nuh Al Albani merinci syarat-syarat pakaian yang syar'i bagi muslimah menjadi delapan ketentuan yang praktis. Bukan mempersulit, justru agar kita tahu mana gaya berpakaian yang mendatangkan keridhaan Allah. Mari kita telusur sama-sama. Temukan gaya berpakaianmu disini....! Jadilah trendsetter syar'i!
    1. Menutup dan Melindungi Seluruh Tubuh, Selain yang  Dikecualikan
       "Hai Asma', sesungguhnya wanita, apabila terlihatlah sampai ke tanda kedewasaan (haidh), tidak  boleh terlihat bagian tubuhnya kecuali ini dan ini-beliau mengisyaratkan muka dan telapak tangannya". (HR Abu Dawud, Al Albani meng-hasan-kannya)
        Seratus lima puluh centimeter, seratus duapuluh lima, dan minimal seratus lima belas centimeter. Itulah ukuran kain yang seharusnya engkau pilih wahai ukhti. Itu yang dinasehatkan sobatmu, majalah Annida, dalam Bianglalanya suatu ketika.
        Sampai-sampai ada yang menciptakan istilah unik. Akhwat itu untuk yang jilbabnya besar. Kalau agak  kecil itu akhwit. Nah kalau kecil itu ikhwit. Kalau kecil banget, uikhwit. Lucu ya?

  2. Bukan Tabarruj
     Semakin tebal make up seseorang, pasti semakin tipis aktivitasnya. Misalnya, bedak tebal di muka. Bagaimana ia berwudhu tiap mau shalat? Memangnya kuat menahan hadats sejak habis Subuh sampai menjelang Maghrib? Susah sendiri kan. Dikit-dikit hapus, sebentar dirias lagi... ribetttt.
      " ..... dan janganlah kalian berhias dan bertingkahlaku seperti orang-orang jahiliah dulu...." (QS Al Ahzab:33)
      Menor, berlebihan, boros, artifisial, dan fisis semata. Itulah yang tak diinginkan Allah melekat pada diri para hamba yang diridhoiNya dari kalangan wanita mukminat. Ia ingin agar mereka cantik, mulia, dan mempesona dengan dandanan imam. Cantik karena akhlaqnya. Mulia karena ia bukan pameran berjalan yang dipelototi  dan diamanati. Dan mempesona karena setiap langkahnya adalah pahala, pahala, dan pahala.
       Nah, kalau untuk suami, lain lagi:
       "Dandanan lelaki ialah yang tampak baunya dan tersembunyi warnanya. Sedangkan dandanan perempuan adalah yang tampak warnanya namun tersembunyi baunya." (HR An Nasai dan At Tirmidzi)

   3. Kainnya tebal
       "Akan muncul di akhir ummatku, wanita-wanita yang berpakaian namun pada hakikatnya bertelanjang. Dia atas kepala mereka terdapat sesuatu penaka punuk unta. Mereka tidak akan memasuki surga, dan tidak juga akan mencium aroma surga. Padahal bau surga itu dapat dicium dari jarak sekian dan sekian." (HR Muslim)
         Al Imam Ibnu 'Abdil Barr menjelaskan bahwa yang dimaksud berpakaian tetapi telanjang adalah wanita-wanita yang mengenakan pakaian tipis yang menggambarkan bentuk tubuhnya, belum menutup dan menyembunyikan tubuh sebenarnya.

   4. Kainnya Longgar, Tidak Sempit, dan Tidak "Jatuh".
      Tentang syarat keempat ini, biarlah pemuda kesayangan Rasulullah, Usmah ibn Zaid menceritakan sesuatu kepada kita:
           " Rasulullah SAW memberiku pakaian Qibthiyah (gaya Mesir) yang tebal, hadiah dari Dihyah Al Kalbiy. Pakaian itu aku kenakan pada istriku. Maka suatu ketika beliau SAW bersabda: Mengapa engkautak pernah memakai baju Mesir itu? Aku pun menjawab, "Baju itu saya pakaikan pada isteri saya". Beliau lalu bersabda,"Perintahkanlah isterimu agar mengenakan baju lain dibagian dalamnya. Aku khawatir pakaian Mesir itu masih menggambarkan bentuk tulangnya."

    5. Tidak Diberi Wangi Haruman
        " Wanita mana saja yang memakai haruman kemudian keluar dan lewat dimuka orang banyak agar mereka mendapati baunya, maka ia adalah pezina,...." (HR Abu Dawud dan At Tirmidzi)
        Sekali lagi, ada kehati-hatian disini. Bukan soal burket atau tidak. Ada kemaslahatan yang hendak diberikan Allah kepada semua makhluk.
         " Jika salah seorang wanita diantara kalian hendak ke Masjid, janganlah sekali-kali ia memakai haruman." (HR Muslim)

   6. Tidak Menyerupai Pakaian Laki-Laki
       Awal mula bencana pada kaum Luth adalah banyaknya waktu luang sehingga semua punya waktu untuk berdandan. Ada banyak waktu untuk memandang diri di depan cermin. Maka jadilah, para lelaki mengagumi ketampanan dan para wanita mengagumi kecantikan. Di balik itu pula, sering ada ekspresi lahiriah atas kecenderungan psikologis yang ada di dalam. Para wanita yang 'tomboy' membiarkan kecenderungan berekspresi kepada cara berpakaian yang mirip lelaki. Begitupun sebaliknya.
       " Rasulullah melaknat laki-laki yang memakai pakaian perempuan, dan perempuan yang memakai pakaian laki-laki." (HR Ahmad, Abu Dawud, Al Hakim, dan Ibnu Majah)
          Menjaga kemaslahatan selanjutnya, itulah Islam. Maka ia tidak ingin perilaku ini tumbuh dalam diri umatnya sampai kapanpun. Rasulullah mengistilahkannya dengan kata-kata Laisa Minna, bukan golongan kami:
         " Bukan golongan kami, wanita yang menyerupai laki-laki yang menyerupai wanita." (HR Ahmad dan Ath Thabrani).

     7. Tidak Menyerupai Pakaian Orang-Orang Kafir
        "....Barang siapa menyerupai suatu kaum maka ia adalah bagian dari mereka.." (HR Ahmad dan Abu Dawud).
        Lalu menyerupai orang kafir itu seperti apa?Berjilbab lengkap jangan sampai serupa dengan suster-suster amerika latin, jangan pakai celana jeans, karena selain menyerupai laki-laki, juga menyerupai orang kafir. Potongannya juga jangan seperti biksu atau pakaian sari  agama Hindu.  

     8. Bukan Merupakan Libasusy Syuhrah
         Libasus Syuhrah artinya pakaian ketenaran atau popularitas. Menurut ulama , ia bisa berwujud pakaian yang sangat mencolok bagusnya atau juga bisa yang mencolok jeleknya supaya bisa dibilang zuhud. Dua-duanya buruk dimata Allah, karena Allah mengecamnya dengan keras:
        "Barangsiapa memakai pakaian untuk mencari polularitas di dunia, maka Allah akan mengenakan pakaian kehinaan padanya dihari kiamat, kemudian membakarnya di neraka." (HR Abu Dawud).
         
     Begitulah 8 kriteria pakaian menutup aurat kesuai dengan aturan Islam. Semoga bisa menjadi gambaran untuk pembaca sekalian tentang bagaimana menutup aurat yang perlu diperhatikan oleh muslimah.


Sumber: A Fillah, Salim. Agar Bidadari Cemburu Padamu. 2014. Yogyakarta: Pro-U Media.

0 komentar:



Posting Komentar