BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan alternatif dengan model sekolah rumah (homeschooling) tidak hanya
menumbuhkan keinginan belajar secara fleksibel pada anak, namun juga mampu
menumbuhkan karakter moral pada anak. Pasalnya, dengan menyerahkan proses
belajar sebagai hak anak untuk mendapatkan pendidikan, akan mendorong anak
untuk belajar berdisiplin dan bertanggung jawab, terhadap segala kegiatan
belajar yang telah dilakukannya (Mulyadi,2008).
Sistem ini terlebih dahulu berkembang di Amerika Serikat dan beberapa negara
lainnya di dunia. Belakang ini banyak orangtua yang tidak puas dengan hasil
sekolah formal sehingga menjadikan homeschooling sebagai alternatif proses
belajar mengajar dalam perkembangan dunia pendidikan di Indonesia. Kerapkali
sekolah formal berorientasi pada nilai rapor (kepentingan sekolah), bukannya
mengedepankan keterampilan hidup dan bersosial (nilai-nilai iman dan moral).
Selain itu, perhatian secara personal pada anak, kurang diperhatikan.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
sejarah singkat homeschooling ?
2.
Bagaimana
perkembangan homeschooling di Indonesia ?
3.
Bagaimana
kurikulum homeschooling ?
4.
Bagaimana
proses pembelajaran homeschooling ?
5.
Mengapa
homeschooling menjadi solusi pendidikan alternatif untuk anak ?
6.
Apa
kelebihan dan kelemahan homeschooling ?
C. Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui sejarah singkat homeschooling.
2.
Mengetahui perkembangan homeschooling di Indonesia.
3.
Mengetahui kurikulum homeschooling.
4.
Mengetahui proses pembelajaran homeschooling.
5.
Mengetahui mengapa homeschooling menjadi solusi pendidikan alternatif untuk
anak.
6.
Mengetahui kelebihan dan kelemahan homeschooling.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Homeschooling
Dalam bukunya
How Children Fail, John Cadlwell Holt (1964) menyatakan “manusia pada dasarnya
makhluk belajar dan senang belajar. Kita tidak perlu ditunjukkan bagaimana cara
belajar. Yang membunuh kesenangan belajar adalah orang-orang yang berusaha
menyelak, mengatur, atau mengontrolnya”. Dipicu oleh filosofi tersebut, pada
tahun 1960-an terjadilah perbincangan dan perdebatan luas mengenai pendidikan
sekolah dan sistem sekolah. Sebagai guru dan pengamat anak dan pendidikan, Holt
mengatakan bahwa kegagalan akademis pada siswa tidak ditentukan oleh kurangnya
usaha pada sistem sekolah, tetapi disebabkan oleh sistem sekolah itu sendiri.
Pada waktu yang
hampir bersamaan, akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an, Ray dan Dorothy
Moor melakukan penelitian mengenai kecenderungan orang tua menyekolahkan anak
lebih awal (early childhood education). Penelitian mereka menunjukkan bahwa
memasukkan anak-anak pada sekolah formal sebelum usia 8-12 tahun bukan hanya
tidak efektif, tetapi berakibat buruk bagi anak-anak, khususnya anak-anak
laki-laki karena keterlambatan kedewasaan mereka. Setelah pemikirannya tentang
kegagalan sistem sekolah mendapat tanggapan luas, Holt sendiri kemudian
menerbitkan karyanya yang lain Instead of Education; Ways to Help People Do
Things Better, (1976). Buku ini pun mendapat sambutan hangat dari para orangtua
homeschooling di berbagai penjuru Amerika Serikat. Pada tahun 1977, Holt
menerbitkan majalah untuk pendidikan di rumah yang diberi nama Growing Without
Schooling. Serupa dengan Holt, Ray dan Dorothy Moore kemudian menjadi pendukung
dan konsultan penting homeschooling. Setelah itu, homeschooling terus
berkembang dengan berbagai alasan. Selain karena alasan keyakinan (beliefs),
pertumbuhan homeschooling juga banyak dipicu oleh ketidakpuasan atas sistem
pendidikan di sekolah formal.
B. Perkembangan Homeschooling di Indonesia
Perkembangan
homeschooling di Indonesia belum diketahui secara persis karena belum ada
penelitian khusus tetang akar perkembangannya. Istilah homeschooling merupakan
khazanah relatif baru di Indonesia. Namun menurut Seto Mulyadi ( 2006) jika
dilihat dari konsep homeschooling sebagai pembelajaran yang tidak berlangsung
di sekolah formal alias otodidak, maka sekolah rumah sudah tidak merupakan hal
baru. Banyak tokoh-tokoh sejarah Indonesia yang sudah mempraktekkan homeschooling
seperti KH. Agus Salim, Ki Hajar Dewantara, dan Buya Hamka.
Di Indonesia
baru beberapa lembaga yang menyelenggarakan homeschoooling, seperti Kamyabi
Home School, Home Schooling Kak Seto, Home Schooling Primagama dan lembaga
pemerintah berupa Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM).
Kamyabi Home
School merupakan lembaga penyelenggara homeschooling islami yang
menyelenggarakan kurikulum agama islam (tahfidz, hadist, fiqih,dll) dan mata
pelajaran umum. Dengan modul digital Kamyabi
Homeschool siswa dapat belajar mandiri di rumah, atau orang tua bisa memanggil
guru atau ustadz untuk mengajar anaknya di rumah.
Evaluasi atau ujian dilakukan secara on line. Sehingga dimana saja kita berada kita bisa tetap melaksanakan ujian. Ujian on line mengajarkan kejujuran kepada siswa dan orang tua. Ujian dilakukan 2 kali dalam satu semester, Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester. Setiap bulan dikirim via email soal dan tugas belajar, sehingga siswa dapat terus berlatih dan terpantau perkembangannya.
Evaluasi atau ujian dilakukan secara on line. Sehingga dimana saja kita berada kita bisa tetap melaksanakan ujian. Ujian on line mengajarkan kejujuran kepada siswa dan orang tua. Ujian dilakukan 2 kali dalam satu semester, Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester. Setiap bulan dikirim via email soal dan tugas belajar, sehingga siswa dapat terus berlatih dan terpantau perkembangannya.
Homeschooling Kak Seto adalah sekolah alternatif yang menempatkan
anak-anak sebagai subjek dengan pendekatan secara “at home” atau di rumah.
Dengan pendekatan “at home” inilah anak-anak merasa nyaman belajar karena
mereka dapat belajar apapun sesuai dengan keinginannya, kapan saja dan dimana
saja seperti Ia tengah berada di rumahnya.
Homeschooling Primagama
menekankan pada pemberdayaan potensi otak kiri dan otak kanan siswa dan juga
mengembangkan konsep belajar bagaimana cara belajar (learn how to learn) yang
baik, sehingga terciptalah output anak didik yang memiliki bekal ilmu
pengetahuan yang baik (knowledge), kecakapan hidup yang baik (lifeskill), dan
juga sikap hidup yang baik (attitude).
Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan program pemerintah yang menyelenggarakan
pendidikan jalur informal. Badan penyelenggara PKBM sudah ada ratusan di
Indonesia. PKBM sebenarnya menyelenggarakan proses pendidikan selama 3 hari di
sekolah, selebihnya, tutor mendatangi rumah murid.
Saat ini
perkembangan homeschooling di Indonesia dipengaruhi oleh akses terhadap
informasi yang semakin terbuka sehingga orang tua semakin memiliki banyak
pilihan untuk pendidikan anak-anaknya. Diperkuat
dengan aspek legalitas Istilah homeschooling
ini sudah cukup populer belakangan ini. Sayangnya, upaya pemasyarakatan homeschooling
tidak cukup diikuti dengan informasi yang berkenaan dengan persyaratan yang
seharusnya dimiliki dalam menerapkannya. Akibatnya, praktek homeschooling
di negara kita menjadi berbeda, alias salah kaprah. Pemasyarakatan homeschooling
tidak dengan dasar pikiran yang tepat dan kuat. Masyarakat – seperti biasanya –
sangat cepat memberikan respon positif; bila yang berbicara adalah orang-orang
yang dianggap ahli. Sebagain kalangan mengatakan bahwa homeschooling
di Indonesia tak ubahnya semacam private school yang eksklusif.
Orang tua yang memiliki anak-anak yang bermasalah dengan lingkungan sosialnya
malah dipindahkan ke sekolah jenis ini. Adapula lembaga-lembaga pendidikan yang
membuka peluang ini bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Orangtua yang masih
berpandangan tradisional umumnya masih menganggap ijazah adalah segala-galanya
bagi masa depan anak-anaknya. Anak-anak spesial yang –tentu saja – tidak
memungkinkan bersekolah di sekolah umum diarahkan untuk mengikuti homeschooling
hanya agar dapat menyelesaikan pendidikannya dan…: mendapatkan ijazah!
C. Kurikulum Pembelajaran Homeschooling
Banyak
model homeschooling. Salah satunya adalah homeschooling (HS)/home education
(HE) yang mengacu pada model sekolah. Model homeschooling semacam ini disebut
school at home, sekolah di rumah. Dalam model school-at-home, proses belajar
yang dilakukan dalam homeschooling mengacu pada kurikulum sekolah. Kurikulum
apa yang harus diacu oleh keluarga homeschooling? .
Pilihannya
terserah pada setiap keluarga. Keluarga dapat memilih homeschooling yang
mengacu pada kurikulum nasional atau kurikulum lain, semisal kurikulum Cambridge IGCSE yang digunakan oleh
sekolah-sekolah internasional di Indonesia. Jika hendak mengacu pada kurikulum
tertentu, keluarga HS/HE dapat menentukan pilihan kurikulum mana yang diacu.
Jika kurikulum nasional yang diacu, maka hanya ada satu jenis kurikulum yang
dibuat oleh Depdiknas, yaitu kurikulum yang digunakan di sekolah-sekolah.
Kurikulum inilah yang perlu diacu oleh keluarga HS/HE.
Kurikulum
sekolah ini dapat diperoleh di situs Pusat Kurikulum Depdiknas (Puskur). Ada
juga materi kurikulum itu yang dijual di toko buku. Cara paling gampang dan
praktis untuk mengetahui kurikulum nasional adalah dengan melihat buku-buku
pelajaran yang digunakan anak sekolah.
Walaupun
menggunakan kurikulum nasional seperti sekolah, kreativitas bagi keluarga
homeschooling tetap terbuka. Banyak aspek di dalam proses belajar dalam
homeschooling yang tetap dapat dimodifikasi sesuai gaya belajar anak agar
memperoleh hasil yang maksimal.
Keluarga
homeschooling dapat menentukan sendiri buku referensi apa yang paling disukai,
waktu belajar, dan juga cara mempelajari suatu mata pelajaran. Di luar mata pelajaran
yang diujikan dalam Ujian Persamaan, anak-anak homeschooling tetap dapat
mempelajari berbagai hal yang menjadi minat dan perhatiannya.
D. Proses Pembelajaran Homeschooling
“Homeschooling
merupakan pendidikan berbasis rumah, yang memungkinkan anak berkembang sesuai
dengan potensi diri mereka masing-masing” (Daryono, 2008).
Secara etimologis, homeschooling adalah sekolah yang diadakan di rumah. Meski disebut homeschoooling, tidak berarti anak terus menerus belajar di rumah, tetapi anak-anak bisa belajar di mana saja dan kapan saja asal situasi dan kondisinya benar-benar nyaman dan menyenangkan seperti layaknya berada dirumah.
Secara etimologis, homeschooling adalah sekolah yang diadakan di rumah. Meski disebut homeschoooling, tidak berarti anak terus menerus belajar di rumah, tetapi anak-anak bisa belajar di mana saja dan kapan saja asal situasi dan kondisinya benar-benar nyaman dan menyenangkan seperti layaknya berada dirumah.
Homeschooling
lebih mengacu pada kompetensi praktis hubungan antara ketertarikan dan hobbi
individu. Serta fleksibilitas metode belajar mengajar tidak terbelenggu oleh
dimensi ruang dan waktu secara formal dan dapat menjamin tingkat kompetensi
terealisir dengan baik. Dalam homeschooling guru hanya sebagai pembimbing dan
mengarahkan minat siswa pada mata pelajaran yang diminati. Dalam hal ini
siswalah yang menjadi subjek kurikulum bukan menjadi objek. Jam belajar lebih
lentur karena mulai dari bangun tidur sampai berangkat tidur kembali.
Pemerintah
sementara ini hanya mendukung sebatas legalitas formal melalui UU SisDikNas
yang menggolongkannya sebagai bagian dari pendidikan informal (keluarga).
Homeschooling termasuk model pendidikan yang digunakan sebagai alternatif
institusi sekolah yang menempatkan anak sebagai subjek dengan pendekatan
pendidikan di rumah dan berada di bawah naungan Direktorat Pendidikan
Kesetaraan, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Depdiknas RI. Bagi
peserta didik homeschooling bisa memiliki sertifikat ijazah dengan mengikuti
Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK) paket A (kesetaraan SD), paket B
(SMP) dan paket C (SMA) sesuai dengan tingkat kemampuan pendidikannya.
Ada beberapa klasifikasi format homeschooling, yaitu:
Homeschooling
tunggal
Homeschooling
tunggal dilaksanakan oleh orangtua dalam satu keluarga tanpa bergabung dengan
keluarga lainnya karena hal tertentu atau lokasi yang berjauhan.
Homeschooling
majemuk
Homeschooling majemuk dilaksanakan oleh dua atau lebih keluarga untuk kegiatan
tertentu sementara kegiatan pokok tetap dilaksanakan oleh orangtua
masing-masing. Alasannya: terdapat kebutuhan-kebutuhan yang dapat dikompromikan
oleh beberapa keluarga untuk melakukan kegiatan bersama. Contohnya kurikulum
dari Konsorsium, kegiatan olahraga (misalnya keluarga atlit tennis), keahlian
musik/seni, kegiatan sosial dan kegiatan agama.
Komunitas
homeschooling
Komunitas
homeschooling merupakan gabungan beberapa homeschooling majemuk yang menyusun
dan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok (olah raga, musik/seni dan
bahasa), sarana/prasarana dan jadwal pembelajaran. Komitmen penyelenggaraan
pembelajaran antara orang tua dan komunitasnya kurang lebih 50:50.
Sedangkan metode homeschool adalah sebagai berikut:
1. Metode
Homeschooling Charlotte Mason
Dalam metode
Charlotte Mason, anak membaca buku kemudian menceritakannya kembali dengan
bahasanya sendiri. Hal ini memastikan bahwa mereka mengerti apa yag dibacanya.
2. Metode Homeschool Klasik
2. Metode Homeschool Klasik
Metode ini
terdiri atas konsep grammar, logic dan rhetoric atau dapat juga diartikan
pengetahuan, pengertian dan kebijakan. Tahapan grammar (sampai usia 12) adalah saat anak menerima dan mengumpulkan
informasi dan pengetahuan. Anak belajar menerima fakta walaupun belum
memahaminya namun sejalan dengan bertambahnya usia, mereka mulai mencerna fakta
tersebut. Tahapan logic (usia 13 –
15) adalah saat pemahaman anak mulai matang. Mereka mulai mengerti sebab akibat
dan pengetahuan tentang logika.
Tahapan rhetoric (usia 16 – 18) adalah saat anak bisa menggunakan pengetahuan dan logika untuk berkomunikasi, menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari dan berdiskusi serta berdebat tentang Komunitas homeschooling kebijakan.
Setiap mata pelajaran mempunyai 3 tahapan tersebut. Peserta didik menerima fakta, belajar mengerti, dan diuji dalam pemahaman mereka.
Tahapan rhetoric (usia 16 – 18) adalah saat anak bisa menggunakan pengetahuan dan logika untuk berkomunikasi, menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari dan berdiskusi serta berdebat tentang Komunitas homeschooling kebijakan.
Setiap mata pelajaran mempunyai 3 tahapan tersebut. Peserta didik menerima fakta, belajar mengerti, dan diuji dalam pemahaman mereka.
3. Eclectic
Metode ini
melakukan hal-hal yang disukai dari berbagai kurikulum yang ada dengan
menggunakan sumber-sumber informasi dari internet, perpustakaan atau
menciptakan kurikulum sendiri.
4. Metode
Homeschooling Montessori
Maria
Montessori menyatakan bahwa anak mempunyai kemampuan untuk belajar. Orang
dewasa hanya perlu mengatur lingkungan anak agak mendukung proses anak belajar.
Orang dewasa tidak perlu mengatur anak, tetapi cukup dengan membantu anak
belajar dari lingkungannya dalam situasi natural maupun kelompok yang tidak
dibatasi oleh umur.
5. Unschooling
Anak belajar
materi yang mereka sukai. Unschooling sangat tidak terstruktur tapi sering
cocok untuk sebagian anak, terutama anak kecil.
6. Unit studies
Semua mata
pelajaran terpadu menjadi satu tema. Sebagai contoh dari sebuah buku anak dapat
belajar sejarah, seni, ilmu pengetahuan alam, matematika, semua melalui buku
tersebut.
7. Metode homeschooling Waldorf
7. Metode homeschooling Waldorf
Konsep
pengajaran Waldorf bertumpu pada anak secara keseluruhan (the whole child) yang
meliputi kepala, hati dan tangan. Metode ini menekankan dongeng (storytelling)
and seni (art). Metode ini tidak berusaha untuk menanamkan materi intelektual kepada
anak, tetapi membangkitkan kemampuan anak untuk mencari pengetahuan dan
menikmati proses belajar.
E. Homeschooling Sebagai Pendidikan
Alternatif Untuk Anak
Kenyataan bahwa
pendidikan formal tidak bisa memberikan apa yang diharapkan oleh orang tua menjadikan
homeschooling sebagai solusi pendidikan alternatif bagi orang tua yang
menginginkan anaknya mendapatkan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan.
Banyak beberapa pertimbangan bagi orang tua yang masih ragu untuk memilih
homeschooling sebagai pendidikan anaknya, antara lain:
o
Sistem
belajar dilakukan dan diawasi sendiri oleh orang tua
Orang tua yang
cenderung khawatir terhadap pengaruh negatif pergaulan anak dan tidak puas
dengan kinerja sekolah formal dapat memilih homeschooling sebagai solusi . Hal
ini dikarenakan homeschooling merupakan pendidikan yang pada pelaksanaannya
dilakukan sendiri oleh orang tua. Sehingga orang tua dapat memantau secara
langsung perkembangan anak. Akan tetapi dengan catatan bahwa segala sesuatu
yang terkait dengan pelaksanaan homeschooling menjadi tanggung jawab penuh
orang tua.
o
Kegiatan
belajar flexibel
Nama sekolah
rumah atau homeschooling bukan berarti kegiatan belajar sepenuhnya dilaksanakan
dirumah. Kegiatan belajar dapat diatur atau dikondisikan sesuai dengan
kebutuhan anak dan orang tua. Kegiatan belajar dapat dilakukan di maanpun dan
kapanpun orang tua atau peserta didik mau. Misalnya pada saat orang tua akan
pergi ke kantor pos untuk mengirim surat, pada saat itu pula orang tua dapat
mengajarkan berbagai hal kepada anak seperti tata cara menulis surat yang baik,
bahasa yang baik untuk menulis surat, langkah-langkah untuk mengirimkan surat,
dan masih banyak yang lainnya.
o
Perkembangan
psikologis anak
Banyak orang
tua mengkhawatirkan dampak psikologis home schooling seperti kurangnya
sosialisasi anak dengan temannya. Padahal sebenarnya orang tua tidak perlu
mengkhawatirkan hal tersebut, karena seperti yang telah dikemukakan pada bagian
atas bahwa home schooling memiliki 3 jenis. Dan 2 dari 3 jenis home schooling
tersebut merupakan jenis homeschooling yang pelaksanaannya dilakukan
bersama-sama dengan keluarga lain. sehingga dampak buruk psikologis dapat
ditanggulangi dengan kedua jenis home schooling tersebut. Orang tua yang
memiliki anak yang sama-sama mengikuti home schooling dapat bekerja sama untuk
sesekali mengumpulkan anaknya dalam kegiatan belajar bersama di suatu tempat
yang sesuai dengan materi apa yang akan diajarkan.
o
Tersedianya
sarana yang lengkap di lingkungan
Tersedianya
sarana memang penting untuk diperhatikan mengingat tanpa adanya sarana yang
lengkap maka jalanya proses kegiatan belajar akan terhambat. Dan yang
menggembirakan perkembangan homeschooling pada saat ini juga diikuti dengan
perkembangan fasilitas di dunia nyata. Fasilitas tersebut antara lain fasilitas
pendidikan (perpustakaan, museum, lembaga penelitian), fasilitas umum (taman,
stasiun, jalan raya), fasilitas sosial (taman, panti asuhan, rumah sakit),
fasilitas bisnis (mall, pameran, restoran, pabrik, sawah, perkebunan), dan
fasilitas teknologi dan informasi (internet dan audivisual).
o
Pengakuan
pemerintah terhadap Homeschooling
Homeschooling
bukanlah pendidikan yang berdiri sendiri tanpa di akui oleh pemerintah.
Homeschooling merupakan pendidikan yang mendapatkan pengakuan dari pemerintah
hal ini dibuktikan dengan peserta homeschooling bisa mendapatkan ijazah oleh
diknas. Ijazah tersebut bias didapat dengan mengikuti ujian kesetaraan. Selain
itu pihak yang melaksanakan homeschooling harus proaktif dengan melapor pada
dinas setempat agar dicatat.
Melihat
beberapa pertimbangan di atas maka sepantasnya layak jika homeschooling
dijadikan solusi pendidikan alternative untuk anak. Akan tetapi semuanya
kembali pada pemikiran masing-masing orang tua, apakah percaya bahwa dengan
homeschooling anak dapat menjadi pribadi yang lebih baik ketimbang bila di
sekolahkan di sekolah formal.
F. Kelebihan dan
Kelemahan Homeschooling
Ø Kelebihan
Homeschooling
Huzaifah
Hamid (2008) mengemukakan beberapa keunggulan homeschooling sebagai pendidikan
alternatif sebagai berikut. Sistem ini menyediakan pendidikan moral atau
keagamaan, lingkungan sosial dan suasana belajar yang lebih baik, menyediakan
waktu belajar yang lebih fleksibel. Juga memberikan kehangatan dan proteksi
dalam pembelajaran terutama bagi anak yang sakit atau cacat, menghindari
penyakit sosial yang dianggap orang tua dapat terjadi di sekolah seperti
tawuran, kenakalan remaja, narkoba dan pelecehan. Selain itu sistem ini juga
memberikan keterampilan khusus yang menuntut pembelajaran dalam waktu yang lama
seperti pertanian, seni, olahraga, dan sejenisnya, memberikan pembelajaran
langsung yang kontekstual, tematik, dan nonskolastik yang tidak tersekat-sekat
oleh batasan ilmu.
Ø Kelemahan
Homeschooling
Di
sisi lain, homeschooling mempunyai kelemahan-kelemahan yang dapat disebutkan
berikut ini membutuhkan komitmen dan tanggung jawab tinggi dari orang tua;
dinamika bersosialisasi dengan teman sebaya relatif rendah; ada resiko
kurangnya kemampuan bekerja dalam tim (team work), organisasi dan kepemimpinan;
proteksi berlebihan dari orang tua. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya interaksi
dengan teman sebaya dari berbagai status sosial yang dapat memberikan
pengalaman berharga untuk belajar hidup di masyarakat.
Faktor
tingginya biaya homeschooling juga menjadi salah satu kekurangan, karena
dipastikan biaya yang dikeluarkan untuk memberikan pendidikan homeschooling
lebih besar dibanding jika kita mengikuti pendidikan formal di sekolah umum.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Homeschooling
muncul atas filososi John Cadlwell Holt dalam bukunya How Children Fail (1964)
karena alasan ketidakpuasan atas sistem pendidikan di sekolah formal yang
kemudian didukung Ray dan Dorothy Moor dengan melakukan penelitian yang
menunjukkan bahwa memasukkan anak-anak pada sekolah formal sebelum usia 8-12
tahun tidak efektif.
Belum ada
penelitian khusus tentang akar perkembangan homeschooling di Indonesia. Saat
ini perkembangannya dipengaruhi oleh akses terhadap informasi yang semakin
terbuka sehingga orang tua semakin memiliki banyak pilihan untuk pendidikan
anak-anaknya.
Proses
pembelajaran homeschooling menggunakan metode belajar mengajar tidak
terbelenggu oleh dimensi ruang dan waktu secara formal. Guru hanya sebagai
pembimbing dan mengarahkan minat siswa pada mata pelajaran yang diminati. Dalam
hal ini siswalah yang menjadi subjek kurikulum bukan menjadi objek.
Kelebihan
homeschooling adalah menyediakan pendidikan moral atau keagamaan, lingkungan
sosial dan suasana belajar yang lebih baik serta menyediakan waktu belajar yang
lebih fleksibel. Juga memberikan kehangatan dan proteksi dalam pembelajaran
terutama bagi anak yang sakit atau cacat, menghindari penyakit sosial yang
dianggap orang tua dapat terjadi di sekolah seperti tawuran, kenakalan remaja,
narkoba dan pelecehan. Selain itu sistem ini memberikan keterampilan khusus
yang menuntut pembelajaran dalam waktu yang lama.
Kelemahan
homeschooling antara lain membtuhkan komitmen dan tanggung jawab tinggi dari
orang tua; dinamika bersosialisasi dengan teman sebaya relatif rendah; ada
resiko kurangnya kemampuan bekerja dalam tim (team work), organisasi dan
kepemimpinan dan proteksi berlebihan dari orang tua.
B. Saran
Pembelajaran
sekolah rumah sebaiknya menyesuaikan dengan standar kompetensi yang telah
ditentukan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Ini agar sejalan dengan
pertumbuhan dan kemampuan anak dan dapat diikutkan dalam evaluasi dan ujian
yang diselenggarakan secara nasional. Perlu adanya dukungan yang lebih luas
dari pemerintah yang sementara ini hanya mendukung sebatas legalitas formal
melalui UU SisDikNas yang menggolongkannya sebagai bagian dari pendidikan
informal (keluarga).
DAFTAR PUSTAKA
Setiawan, Difa.
2013. Makalah Home Shooling. http://difasetiawan.blogspot.com/2013/05/makalah-homeschooling.html. Diakses
pada Senin, 30 Maret 2015 pukul 20.11.
http://www.kamyabihomeschool.com/program.html.
Diakses pada Senin, 30 Maret 2015. Pukul 22.20
http://www.hsks.sch.id/id/School-Profile/our-history.html.
Diakses pada Senin, 30 Maret 2015
http://www.homeschooling-primagama.com/main.php?hal=tentang&id=11#lihat.
Diakses pada Senin, 30 Maret 2015. Pukul 22.38
Nasution, Sri Mulyani. 2012. Home Schooling dan Pendidikan Islam. https://srimulyaninasution.wordpress.com/islamic-education/homeschooling-dan-pendidikan-islam-2/.
Diakses pada Senin, 30 Maret 2015. Pukul 23.03.
0 komentar:
Posting Komentar